04/04/13

Light Up In the Dark - Bab 2


Dimana aku? Semua tempat ini koq kosong dan gelap? Siapa itu diujung kegelapan? Dia jalan kesini. Tba2 aku merasa ada orng yg memegang pinggangku lagi! Aku tdk bisa bergerak. "Aku Haus" kata orang itu. Aku rasa kenal suara ini.
Oya, suara orang yg menyerangku di gank tadi. "Aku Haus" katanya lagi. Saat itu aku merasa ada benda tajam di luka yg tdi dia berikan. Saat aku melihat dia sedang mengeluarkan taring giginya dan bersiap untuk mengigitku! "Kyaaa!!! JANGAN!!!!" teriak ku.
"Cece, Cece! Bangun!" panggil grandpa yg membangunkan ku dari mimpi buruk itu. Aku merasa piama yg kukenakan basah karna keringat. "ada apa ce? Apakah mimpi buruk?" kata grandpa. Aku hanya mengganguk. "mimpi apa?" tanya grandpa lagi. Tapi, aku tdk menjawab. "oke, kalo kamu ga mau cerita. Tapi, ganti bajumu dan segeralah tidur lagi" kata grandpa dan langsung keluar dari kamarku.
Ak bangkit berdiri dari tempat tidurku untk ganti baju. Tapi, aku merasakan sakit yang luar biasa sakit pada luka leherku. Aku jalan ke kaca untuk melihat luka itu. Saat aku melihat, darah mulai mengalir lagi dari luka itu. Aku mulai mengelapnya lagi dan berganti pakaian. Apakah mimpiku benar yah? Jika orng yg tadi itu melukai leherku dng taring giginya yang Panjang? Jika itu benar berarti dia adalah Vampire dong? Lukaku langsung linu. Sudahlah lagian itu hanya mimpi, lagian mana ada vampire jaman sekarang. Vampire itu hanyalah sebuah cerita berkembang di eropa. Setelah mengganti baju akupun kembali tidur.
"Cece"
"Ce, bangun! Udh pagi!" Suara berat itu membangunkanku. Aku mengucek mataku untuk melihat siapa orng yg membangunkanku. Seorng ak laki2 duduk di samping ranjangku.
"hey, bangun. Mau sampai kapan kamu tidur? Apakah kamu ga kerja?" kata dia. Saat nyawaku sudah berkumpul aku melihat laki2 itu. "Iya, aku bangun Remi" kataku sambil duduk. "Cepat beres2, aku, dan grandpa tunggu kamu di bawah buat sarapan yh?" kata Remi sambil berdiri dan keluar dari kamarku. Remi itu cucunya grandpa Steve, dia dan aku sudah sahabatan dari kecil. Tapi, entah mengapa? Belakangan ini perasaanku jadi aneh setiap dia memandangku ataupun dia bersamaku. Ah, sudahlah mendingan aku segera beres2 daripada telat kerja.
Setelah berbenah diri aku langsung turun dan menemukan grandpa dan Remi d ruang makan. Aku segera duduk di sebelah Remi dan mengambil roti yg ada d depanku lalu mengoleskanya dengan selai strwaberry kesukaanku. Dan, HAAP.. Roti itu sekarang aku makan . Saat aku makan, aku melihat kesekeliling. Remi menatapku dengan tatapan yg aneh. "kenapa?" kataku bingung "ah, gapapa. Oya, leher kamu kenapa?" kata Remi. Aku langsung kaget dng pertanyaan Remi. Koq ni ank nanya luka leher gw? Apa grandpa ngasih tau Remi yh? Aku langsung menatap tajam Grandpa, yg tadinya menatapku. Dia langsung tertunduk tdk menatapku lagi melainkan menatap piring yg ada d depannya.  
"Ce, koq ga dijawab? Leher kamu kenpa luka gitu?" kata Remi. Aku langsung tersentak dari lamunan "em, ini. Aku ceroboh saat kerja. Kepentok sama pinggiran pintu lemari" kataku. "Hah? Koq bisa?" kata Remi curiga. "Iya, jadi saat aku membersihan bawah lemari, aku tdk tau kalo pintu lemari yg aku bersikan itu terbuka jadi saat aku berdiri jadi leherku tersayat gini deh" kataku yg berusaha bohong. "ow, apakah sakit? Maksudku apakah lukanya dalam?" kata Remi khawatir. "ga koq. Cma goresan aja" kataku. Saat aku melihat jam tanganku. Ya ampun hampir jam 9.
"Remi! Cepatan makannya!" kataku. Remi mmg bisa dikatakan sahabat yg baik. Karena, dia mau nganterin ku ke tempat kerja. Dia lebih tua daripadaku 2 tahun. Aku dan Remi langsung lari keluar dan menaiki mobil Remi setelah sarapan dan pamitan ke grandpa, menuju tempat kerjaku. Di mobil Remi, kita diam seribu bahasa. "Nanti malam aku jemput kamu yh?" kata Remi memecahkan keheningan "ah.. Ga usah.. Aku bisa sendiri koq" kataku "Ce, kamu itu cewek. Masa kamu pulang sendirian? Kalo ada orang jahat mau berbuat sesuatu ke kamu gimana?" kata Remi. Kenapa dia jadi perhatian gini yh? Biasanya dia cma bilang "oh" kalo aku tolak. Aku kembali diam ga tau apa yg mesti aku katakan.
Sesampainya di tmpat kerja, "Thanks yah Rem" kataku dan beranjak keluar mobil. Tapi, tanganku di cegat Remi. "Aku nanti jemput kamu yh?" tanya dia lagi. "Udahlah ga ush.. Aku bisa jaga diri koq, lagian kamu kn kerjanya ampe malem" kataku "yaudah dh. Tapi, bener yah kamu mesti pulang dengan keadaan selamat" kata Remi. Aku cma mengganguk dan keluar dari mobil. "Eh, tunggu Ce!" panggil Remi. Aku langsung nengok melihatnya. "ini, pake ini buat nutupin lukamu" kata Remi sambil memberi sebuah plester yg bergambar domba, lebih tepatnya shaun the sheep. Aku langsungi ngambil plester itu dng tatapan yg agak aneh. "em, sorry. Tadi aku buru2 jadi cuma dapet yg itu" kata Remi ragu2 "gapapa koq. Ini jga udh cukup, yang penting bisa nutupin luka" kataku lalu lari kecil masuk ke dalam cafe.
Yap, inilah tmpat kerjaku. Cafe de simpson. Nama cafenya mmg aneh karena itu aku ingin kerja disini. Aku melihat jam tanganku sambil jalan ke ruang loker, dan ternyata aku telat 15 menit. 
Di ruang loker udh sepi saatku msk. Aku langsung menuju lokerku lalu menaro tas dan memakai celemek hitam yg isinya note dan pulpen. Stlah itu aku keluar untuk absen.
Selesai absen tba2 ada yg ngoel punggungku, aku langsung negok dan bertapa terkejutnya aku. Karena yg ngoel punggungku ternyata boss cafe ini. "Sori bos, tadi sedikit masalah dng keluarga saya jadi telat begini" kataku lalu menunduk 40° ke bos. "iya, gapapa. Tapi, jngan dilakukan lagi yh?" katanya. Bos memang orang baik yg pernah kukenal karena tdk pernah marah. Aku pun mengganguk malu. "oya, karena kamu telat. Saya mau ksh tau kamu jika, beberpa minggu ke depan saya tdk akan berkerja dan digantikan oleh Anak sya. Dan saya kasih tau yah, Jangan pernah ganggu dia jika tdk ada urusan yg penting. Soalnya sifat dia sensitif" kata bos. "ow, oke bos" kataku singkat dan bospun pergi. Sensitif? Apa maksudnya sensitif? Pemikiranku biasanya orng sensitif itu kebanyakan cewek. Ah, bodolah. Mendingan gw kerja, aku bertugas untuk menjaga kasir dan mencatat pesanan.
Aku bertugas bersama seniorku Marrisa. Hari ini aku berkerja dengan lancar sampai pada siang hari ada cowok berambut blonde masuk dan langsung duduk di samping jendela. "Ce, kamu aja yg nyatet. Aku males" kata Marrisa. Tanpa bnyak kata aku langsung mendekati orang itu. "Permisi, ada yg bisa saya bantu?" kataku sambil ngasih daftar menu. Dia menerima daftar itu dan langsung di lihat2. Aku menunggu di sebelahnya. "Kenapa anda berdiri di situ?" katanya dng suara berat. "Maaf, saya menunggu anda memesan sesuatu" kataku. Dia langsung menatapku dng tatapan yg tajam dan dingin. Aku bisa melihat matanya yg biru melihatku dng tatapan tdk bersahabat. "em, oke, jika anda sudah memustuskan ingin memesan apa. Panggil lah saya" kataku. "Ga! Ga perlu! Saya pengen ketemu Manajer cafe ini!" kata dia dng nada marah. "maaf, untuk apa?" kataku takut. "kamu ga perlu tau!" katanya. "hey!hey! Ada apa ini?" kata bos dateng. "Dad! Perhatiin nih karyawan Dad!" kata dia. Dad? Kenapa nih cowok manggil bos Dad? "loh? Mulai bsk dia bukan karyawan dad lagi. Mulai bsk dia karyawan kamu" kaya bos. What?? Dia anaknya bos yg pnya sifat sensifit? "tapi, dad. Aku.."
"ga ada tapi, tapian atau mulai sekarang aja kamu kerjanya?" potong bos. Saat bos membalikan badannya sepertinya dia baru nyadar jika aku ada disitu. "ow, ada kamu Ce? Kenalin ini ank saya namanya Cody" kata bos. Gw cma ngangguk2 tapi, tnpa gw sadari tangan gw sudah terulur untuk bersalaman. Diapun menyalami tangan gw. "Cody Simpson" katanya dng nada yg agak kesal. "Cherry Holmes, bisa jga di panggil Cece. Nice to meet u, new bos" kataku dng diwarnai senyuman dari bibirku. Sbtulnya aku tdk sudi senyum ataupun berjabah tangan dngan dia. Tapi, jika dipikir2 dia tuh anak bos jadi mesti baik2 sama dia. Stlah berjabah tngan dng ank bos aku kembali ke posisiku yaitu, dibelakang kasir dan ank bos itu dibwa daddy-nya ke kantor.
"siapa tuh anak? Keliatanya belagu banget?" kata Ben. Dia adalah salah satu bartander di cafe ini. Kopi yg dia buat semuanya enak. "dia anaknya bos" kataku singkat. "oo, jadi dia orngnya?" kata Marrisa. Aku cuma ngangguk2 tdk semangat. "trus tadi dia marah2 knpa?" kata Ben penasaran "ga tau. Aku aja bingung" kataku. "udahlah, drpda mikirin orng ga jelas mendingan mikirin pelanggan. Tuh liat ada pelanggan" kata Marrisa. Aku pun langsung kerja lagi. 

0 komentar:

Posting Komentar